Selasa, 07 April 2015

upaya penanggulangan pencemaran tanah

BAB I
PENDAHULUAN

A.     Latar Belakang
Kita semua tahu Indonesia adalah negara yang sangat kaya akan sumber daya alamnya. Salah satu kekayaan tersebut, Indonesia memiliki tanah yang sangat subur karena berada di kawasan yang umurnya masih muda, sehingga di dalamnya banyak terdapat gunung-gunung berapi yang mampu mengembalikan permukaan muda kembali yang kaya akan unsur hara.
Namun seiring berjalannya waktu, kesuburan yang dimiliki oleh tanah Indonesia banyak yang digunakan sesuai aturan yang berlaku tanpa memperhatikan dampak jangka panjang yang dihasilkan dari pengolahan tanah tersebut.
Salah satu diantaranya, penyelenggaraan pembangunan di Tanah Air tidak bisa disangkal lagi telah menimbulkan berbagai dampak positif bagi masyarakat luas, seperti pembangunan industri dan pertambangan telah menciptakan lapangan kerja baru bagi penduduk di sekitarnya. Namun keberhasilan itu seringkali diikuti oleh dampak negatif yang merugikan masyarakat dan lingkungan.
Pembangunan kawasan industri di daerah-daerah pertanian dan sekitarnya menyebabkan berkurangnya luas areal pertanian, pencemaran tanah dan badan air yang dapat menurunkan kualitas dan kuantitas hasil/produk pertanian, terganggunya kenyamanan dan kesehatan manusia atau makhluk hidup lain. Sedangkan kegiatan pertambangan menyebabkan kerusakan tanah, erosi dan sedimentasi, serta kekeringan. Kerusakan akibat kegiatan pertambangan adalah berubah atau hilangnya bentuk permukaan bumi (landscape), terutama pertambangan yang dilakukan secara terbuka (opened mining) meninggalkan lubang-lubang besar di permukaan bumi. Untuk memperoleh bijih tambang, permukaan tanah dikupas dan digali dengan menggunakan alat-alat berat. Para pengelola pertambangan meninggalkan areal bekas tambang begitu saja tanpa melakukan upaya rehabilitasi atau reklamasi.
Dampak negatif yang menimpa lahan pertanian dan lingkungannya perlu mendapatkan perhatian yang serius, karena limbah industri yang mencemari lahan pertanian tersebut mengandung sejumlah unsur-unsur kimia berbahaya yang bisa mencemari badan air dan merusak tanah dan tanaman serta berakibat lebih jauh terhadap kesehatan makhluk hidup.
Berdasarkan fakta tersebut, sangat diperlukan pengkajian khusus yang membahas mengenai pencemaran tanah beserta dampaknya terhadap lingkungan di sekitarnya.

B.      Rumusan Masalah
Dari latar belakang permasalahan di atas maka kami merumuskan masalah yang perlu ditanggulangi sebagai berikut :
1)       Apa saja yang menyebabkan pencemaran tanah.
2)       Bagaimana cara untuk menanggulangi dampak pencemaran tanah yang sedang terjadi.



BAB II
PEMBAHASAN

A.     Gambaran dari Pencemaran Tanah
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena: kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial; penggunaan pestisida; masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan; kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah; air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ketika suatu zat berbahaya/beracun telah mencemari permukaan tanah, maka ia dapat menguap, tersapu air hujan dan atau masuk ke dalam tanah. Pencemaran yang masuk ke dalam tanah kemudian terendap sebagai zat kimia beracun di tanah. Zat beracun di tanah tersebut dapat berdampak langsung kepada manusia ketika bersentuhan atau dapat mencemari air tanah dan udara di atasnya.
Selain udara dan air, tanah juga bisa terkena pencemaran oleh setiap aktivitas-aktivitas yang dilakukan oleh manusia modern bagi kehidupan. Tanah sangatlah penting, terutama bagi kehidupan semua makhluk hidup, karena tanah berfungsi sebagai penyedia papan maupun pangan bagi kehidupan makhluk hidup. Sebaliknya tanah juga berfungsi sebagai media bagi penyebaran penyakit-penyakit yang dapat mengganggu kesehatan makhluk hidup dan lingkungan di sekitarnya. Sumber-sumber yang menyebabkan tanah tidak subur adalah sebagai berikut :


Ø  Limbah pertanian
Ø  Limbah pabrik/industri
Ø  Rumah tangga
Ø  Bahan-bahan yang tak dapat diuraikan oleh mikroorganisme misalnya plastik.
Plastik adalah senyawa polimer alkena dengan bentuk molekul sangat besar. Plastik tidak bisa diuraikan oleh mikroorganisme, akibatnya sampah plastik tidak bisa dibusukkan dan akan menumpuk sehingga mengganggu kesuburan tanah. Pada gambar disamping tampak sampah-sampah plastik dan kaleng, hal itu akan sangat mengganggu kesuburan tanah karena tidak bisa diuraikan dan dibusukkan oleh mikroorganisme.
Begitu juga dengan penggunaan pupuk dan pestisida yang berlebihan, ternyata dapat menimbulkan pencemaran tanah. Beberapa tumbuhan justru tidak dapat tumbuh dengan subur lantaran pH tanah yang berubah akibat penambahan pupuk yang tidak sesuai. Selain itu sebagian sisa dari pupuk akan hanyut terbawa air sehingga mencemarkan air sungai atau danau.

B.      Jenis Tanah dan Persebarannya Di Indonesia
a.      Tanah Kapur (Terarrosa)
Tanah ini terbentuk karena pelapukan batuan kapur. Tanah kapur banyak terdapat di Jawa, Nusa Tenggara, Sulawesi, Maluku dan Sumatera.
b.      Tanah Gambut (Tanah Rawa)
Tanah ini berasal dari bahan organik yang hidup di rawa-rawa. Tanah ini terdapat di pantai timur Sumatera, Kalimantan dan bagian selatan Papua.


c.       Tanah Vulkanik (Tanah Gunung Api)
Tanah vulkanik adalah jenis tanah dari pelapukan batuan letusan gunung api. Tanah ini terdapat di Jawa, Sumatra, Halmahera, dan Sulawesi.
d.      Tanah Aluvial
Tanah ini terbentuk akibat proses pengendapan bahan-bahan yang dibawa oleh aliran sungai. Tanah ini banyak terdapat di  lembah, sungai dan daerah pertemuan antara laut dan sungai.

C.     Pemanfaatan Tanah
Tanah berperan penting bagi kehidupan di muka bumi. Seluruh aktivitas manusia dilakukan diatas tanah. Tanah dimanfaatkan manusia untuk memenuhi kebutuhan dan meningkatkan kesejahteraannya. Berikut ini beberapa pemanfaatan tanah oleh manusia.
a.      Pemanfaatan tanah secara langsung
Contoh pemanfaatan tanah secara langsung adalah digunakan untuk pembuatan genteng, batu bata dan campuran pembuatan semen.
b.      Pemanfaatan tanah secara tidak langsung
Contoh pemanfaatan tanah secara tidak langsung adalah :
(1)    Mengolah tanah untuk ditanami berbagai jenis tanaman
(2)    Untuk pondasi bangunan
(3)    Untuk dibuat jalan sebagai prasarana-transportasi
Secara umum, pemanfaatan tanah atau lahan dapat juga dibedakan menjadi pertanian dan non pertanian. Pemanfaatan lahan untuk pertanian antara lain perkebunan, sawah dan ladang. Pemanfaatan lahan di bidang non pertanian, antara lain permukiman jalan dan industri.
D.     Zat Kimia Utama Penyebab Pencemaran Tanah
Diantara zat-zat kimia yang banyak mencemari tanah, pestisida adalah yang paling banyak menyumbangkan pencemaran pada tanah. 
Limbah pertanian dapat berupa sisa-sisa pupuk atau pestisida. Pertanian yang intensif banyak menggunakan pupuk sintetik dan berbagai bahan kimia untuk pemberantasan hama. Penggunaan pupuk yang terus menerus akan mengubah struktur tanah sehingga kesuburan tanah berkurang dan tidak dapat ditanami tanaman tertentu.
Pestisida haruslah digunakan secara hati-hati sebab pestisida bukan saja mematikan hama tanaman tapi juga mikroorganisme dalam tanah yang berguna, padahal kesuburan tanah bergantung pada jumlah mikroorganisme di dalamnya.
1.      Kegunaan Pestisida
Pestisida digunakan bukan saja untuk mengatasi serangga yang menimbulkan / membawa penyakit pada manusia, tetapi juga untuk membasmi berbagai jenis hama tanaman. Pestisida dimaksudkan untuk semua racun yang digunakan untuk memberantas hama tanaman, binatang atau serangga dalam rumah, perkantoran atau gudang, serta zat pengatur tumbuh pada tanaman di luar pupuk. Banyak pestisida tersebut juga racun bagi manusia.
2.      Jenis-Jenis Pestisida
Berdasarkan sasaran penggunaannya, pestisida dapat dibagi atas berbagai golongan :
a.        Insektisida (hidrokarbon terklorinasi)
Insektisida adalah pencemaran tanah untuk memberantas serangga di rumah atau perkantoran dan hama tanaman, seperti nyamuk, kutu busuk, rayap, semut, belalang, kepik, wereng, dan ulat. Bahan kimia Insektisida ada yang tergolong organoklor (hidrokarbon terklorinasi), organofosfat, dan karbonat.
1)       Organoklor
Pada awalnya, senyawa organoklor banyak digunakan sebagai Insektisida. Beberapa diantaranya yaitu : DDT, Aldrin, Dieldrin, dan Lindan. Pestisida golongan ini bersifat persisten (sukar terurai) dan larut dalam lemak. Akibatnya, limbah pestisida ini dapat mengalami bioakumulasi dalam rantai makanan. Oleh karena itu, berbagai pestisida organoklor telah dilarang atau diperketat penggunaannya.
2)       Organofosfat
Larangan atau pengetatan penggunaan pestisida golongan organoklor menyebabkan peningkatan penggunaan pestisida golongan organofosfat. Beberapa diantaranya yang banyak digunakan yaitu Malation, Diazinon, dan Paration. Senyawa-senyawa ini telah dipelajari lebih seksama tentang efektivitasnya membasmi serangga, serta toksisitasnya terhadap manusia dan hewan.
Senyawa organofosfat umumnya lebih beracun terhadap mamalia daripada senyawa organoklor (kecuali Malation, yang kurang toksik daripada DDT). Sebagaimana halnya organoklor, organofosfat juga terakumulasi dalam lemak. Akan tetapi, golongan organofosfat jauh lebih mudah terurai dalam beberapa hari atau minggu juga akan terdegradasi, sedangkan organoklor tetap utuh sampai tahunan. Residu pestisida organofosfat jarang ditemukan dalam makanan.
3)       Karbonat
Kelompok senyawa lain yang dapat digunakan sebagai Insektisida khususnya setelah larangan penggunaan DDT, yaitu karbamat. Contohnya adalah karbaril (sevin), karbofuran (furadan), dan aldikarb (temik). Secara umum, karbamat kurang toksik terhadap mamalia. Kebanyakan karbamat hanya mematikan sejenis atau sedikit hama; sedangkan organoklor dan organofosfat mempunyai spektrum yang lebih luas. Karbamat tidak terakumulasi dalam lemak dan mudah terurai. Sayangnya, karbaril, yaitu golongan karbamat yang paling banyak digunakan ternyata meracuni lebah.
b.        Herbisida dan Defolian
Herbisida adalah pestisida yang digunakan untuk mematikan tumbuhan pengganggu (gulma) seperti alang-alang, rerumputan, dan enceng gondok, sedangkan defolian adalah herbisida perontok daun.
Salah satu contoh herbisida yaitu 2,4-D (Asam 2,4 - diklorofenoksiasetat), dan salah satu contoh defolian yaitu 2,4-T (Asam 2,4 - triklorofenoksiasetat). Campuran kedua senyawa tersebut dikenal dengan nama zat oranye (agent orange). Pernah digunakan dalam perang Vietnam untuk merontokkan daun pepohonan sehingga musuh tidak dapat berlindung. Juga untuk merusak sawah yang mendukung kehidupan musuh. Selain merusak lingkungan, zat oranye dicurigai bersifat teratogenik, menjadi penyebab cacat lahir bayi-bayi Vietnam dan bayi dari tentara Amerika yang terkontaminasi zat tersebut. Penelitian di laboratorium menunjukkan bahwa zat oranye, jika murni, tidak menyebabkan kelainan pada bayi hewan percobaan. Kelainan cacat itu mungkin disebabkan dioksin, suatu zat yang lebih racun, yang terdapat sebagai pengotor dalam 2,3,4-T. Oleh karena itu, 2,3,4-T telah dilarang penggunaannya.
Contoh herbisida yang lain yaitu atrazin, paraquat, dan gliposat. Atrazin banyak digunakan pada ladang gandum. Gandum dapat mendeaktifkan atrazin, sedangkan rerumputan tidak. Paraquat dapat mematikan kebanyakan tumbuhan, tetapi mudah terurai. Oleh karena itu, paraquat dapat digunakan untuk membasmi gulma sebelum ditanami. Gliposat membasmi semua tumbuhan tanpa pilih-pilih.
c.        Fungisida
Fungisida adalah pestisida untuk memberantas / mencegah pertumbuhan jamur / cendawan seperti bercak daun, karat daun, busuk daun, dan cacar daun. Contoh : tembaga oksiklorida, tembaga (I) oksida dan tembaga (II) sulfat.
d.        Bakterisida
Bakterisida adalah pestisida untuk membasmi bakteri atau virus.
Contoh : tetra yang digunakan untuk membasmi CVPD (salah satu penyakit pada jeruk).
e.        Nematisida
Nematisida adalah pestisida untuk memberantas hama berupa cacing (nematoda). Hama jenis ini umumnya merusak akar atau umbi tanaman.
f.         Rhodentisida
Rhodentisida adalah pestisida untuk memberantas binatang pengerat seperti tikus. Contoh : Warangan.
3.      Cara-Cara Pencegahan Pestisida
a.        Cara penggunaannya :
1.   Bacalah tabel dan petunjuk penggunaannya.
2.   Jangan makan, minum, atau merokok selama menggunakannya.
3.   Pakailah perlengkapan keamanan, seperti sarung tangan, sepatu bot, kacamata, pelindung pernafasan, dan baju kerja yang menutupi kulit seluas mungkin.
4.   Hindari teknik penyemprotan yang salah, misalnya menyemprot berlawanan dengan arah angin.
5.   Tidak menggunakan obat melebihi takaran.
b.        Cara menyimpannya :
1.   Simpan di tempat yang kering dan aman, jauh dari jangkauan anak-anak, jauh dari makanan dan minuman.
2.   Simpan dalam wadahnya sendiri, jangan dipindahkan ke wadah lain, apalagi wadah bekas makanan atau minuman.
3.   Simpan selama diperlukan, jika tidak diperlukan lagi sebaiknya disingkirkan.
4.   Simpan tersendiri, jauh dari bahan kimia lain, khususnya dari bahan kimia yang reaktif seperti asam. Bahan-bahan yang mudah terbakar harus jauh dari sumber api.
5.   Bacalah label dan petunjuk penggunaannya, jika tidak jelas, tanyakan pada orang yang mengetahuinya.
c.        Cara membuang wadah :
1.   Pilihlah tempat yang cocok untuk mengubur atau membakar bekas wadah, jangan membuang di tempat sampah, atau tempat lain yang dapat terjangkau anak-anak.
2.   Jangan membuang wadah bekas ke sumber air atau selokan.
3.   Jangan membakar wadah yang bertekanan tinggi.
4.   Tidak mencuci peralatan penyemprot di sungai atau di dekat sumur, agar tidak mencemari sungai atau sumur penduduk. Cucilah peralatan di tempat khusus dan limbahnya dibuang secara khusus pula.

4.      Tanda-Tanda Keracunan Pestisida
Keracunan propoksur (bahan aktif dalam Baygon dan Raid) dapat terjadi melalui pernafasan, mulut, kulit, dan mata. Bila terhirup dapat menyebabkan gangguan saluran pernafasan. Bila tertelan dapat menyebabkan mual, muntah, diare, kram perut, sesak nafas, nafas berbunyi seperti kucing, dan ngorok. Bila terkena kulit akan menyebabkan kemerahan, bila terkena mata akan mengakibatkan mata bengkak, berair, dan orang-orangan mata mengecil, pada keadaan berat dapat terjadi nafas berhenti, kejang, dan kematian.

5.      Pertolongan Korban Keracunan Pestisida
Penanganan korban keracunan pestisida juga sangat kompleks, bergantung pada jenis racun dalam pestisidanya. Secara umum, tindakan berikut dapat dilakukan :
a.   Usahakan agar korban tetap sadar, ciptakan kondisi dengan sirkulasi udara yang baik.
b.   Usahakan agar racun dapat dimuntahkan.
c.   Jika pasien masih sadar dan dapat minum, berikan norit.
d.   Segeralah bawa ke rumah sakit atau Puskesmas terdekat atau menghubungi nomor-nomor darurat.



E.      Dampak yang Ditimbulkan Akibat Pencemaran Tanah
Berbagai dampak ditimbulkan akibat pencemaran tanah, diantaranya :
a.      Pada kesehatan
Dampak pencemaran tanah terhadap kesehatan tergantung pada tipe polutan, jalur masuk ke dalam tubuh dan kerentanan populasi yang terkena. Kromium, berbagai macam pestisida dan herbisida merupakan bahan karsinogenik untuk semua populasi. Timbal sangat berbahaya pada anak-anak, karena dapat menyebabkan kerusakan otak, serta kerusakan ginjal pada seluruh populasi.
Paparan kronis (terus-menerus) terhadap benzena pada konsentrasi tertentu dapat meningkatkan kemungkinan terkena leukemia. Merkuri (air raksa) dan siklodiena dikenal dapat menyebabkan kerusakan ginjal, beberapa bahkan tidak dapat diobati. PCB dan siklodiena terkait pada keracunan hati. Organofosfat dan karmabat dapat menyebabkan gangguan pada saraf otot. Berbagai pelarut yang mengandung klorin merangsang perubahan pada hati dan ginjal serta penurunan sistem saraf pusat. Terdapat beberapa macam dampak kesehatan yang tampak seperti sakit kepala, pusing, letih, iritasi mata dan ruam kulit untuk paparan bahan kimia yang disebut di atas. Yang jelas, pada dosis yang besar, pencemaran tanah dapat menyebabkan Kematian.

b.      Pada Ekosistem
Pencemaran tanah juga dapat memberikan dampak terhadap ekosistem. Perubahan kimiawi tanah yang radikal dapat timbul dari adanya bahan kimia beracun/berbahaya bahkan pada dosis yang rendah sekalipun. Perubahan ini dapat menyebabkan perubahan metabolisme dari mikroorganisme endemik dan antropoda yang hidup di lingkungan tanah tersebut. Akibatnya bahkan dapat memusnahkan beberapa spesies primer dari rantai makanan, yang dapat memberi akibat yang besar terhadap predator atau tingkatan lain dari rantai makanan tersebut. Bahkan jika efek kimia pada bentuk kehidupan terbawah tersebut rendah, bagian bawah piramida makanan dapat menelan bahan kimia asing yang lama-kelamaan akan terkonsentrasi pada makhluk-makhluk penghuni piramida atas. Banyak dari efek-efek ini terlihat pada saat ini, seperti konsentrasi DDT pada burung menyebabkan rapuhnya cangkang telur, meningkatnya tingkat Kematian anakan dan kemungkinan hilangnya spesies tersebut.
Dampak pada pertanian terutama perubahan metabolisme tanaman yang pada akhirnya dapat menyebabkan penurunan hasil pertanian. Hal ini dapat menyebabkan dampak lanjutan pada konservasi tanaman di mana tanaman tidak mampu menahan lapisan tanah dari erosi. Beberapa bahan pencemar ini memiliki waktu paruh yang panjang dan pada kasus lain bahan-bahan kimia derivatif akan terbentuk dari bahan pencemar tanah utama.

F.      Penanganan yang Harus Dilakukan
Ada beberapa langkah penanganan untuk mengurangi dampak yang ditimbulkan oleh pencemaran tanah. Diantaranya :
a.      Remediasi
Remediasi adalah kegiatan untuk membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Ada dua jenis remediasi tanah, yaitu in-situ (atau on-site) dan ex-situ (atau off-site). Pembersihan on-site adalah pembersihan di lokasi. Pembersihan ini lebih murah dan lebih mudah, terdiri dari pembersihan, venting (injeksi), dan bioremediasi.
Pembersihan off-site meliputi penggalian tanah yang tercemar dan kemudian dibawa ke daerah yang aman. Setelah itu di daerah aman, tanah tersebut dibersihkan dari zat pencemar. Caranya yaitu, tanah tersebut disimpan di bak/tanki yang kedap, kemudian zat pembersih dipompakan ke bak/tangki tersebut. Selanjutnya zat pencemar dipompakan keluar dari bak yang kemudian diolah dengan instalasi pengolah air limbah. Pembersihan off-site ini jauh lebih mahal dan rumit.
b.      Bioremediasi
Bioremediasi adalah proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri). Bioremediasi bertujuan untuk memecah atau mendegradasi zat pencemar menjadi bahan yang kurang beracun atau tidak beracun (karbon dioksida dan air).





BAB III
PENUTUP

A.     Kesimpulan
Pencemaran tanah adalah keadaan di mana bahan kimia buatan manusia masuk dan merubah lingkungan tanah alami. Pencemaran ini biasanya terjadi karena kebocoran limbah cair atau bahan kimia industri atau fasilitas komersial, penggunaan pestisida, masuknya air permukaan tanah tercemar ke dalam lapisan sub-permukaan, kecelakaan kendaraan pengangkut minyak, zat kimia, atau limbah, air limbah dari tempat penimbunan sampah serta limbah industri yang langsung dibuang ke tanah secara tidak memenuhi syarat (illegal dumping).
Ada beberapa cara untuk mengurangi dampak dari pencemaran tanah, diantaranya dengan remediasi dan bioremidiasi. Remediasi yaitu dengan cara membersihkan permukaan tanah yang tercemar. Sedangkan Bioremediasi dengan cara proses pembersihan pencemaran tanah dengan menggunakan mikroorganisme (jamur, bakteri).

B.      Saran
Untuk lebih memahami semua tentang pencemaran tanah, disarankan para pembaca mencari referensi lain yang berkaitan dengan materi pada makalah ini. Selain itu, diharapkan para pembaca setelah membaca makalah ini mampu mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari – hari dalam menjaga kelestarian tanah beserta penyusun yang ada di dalamnya.



DAFTAR PUSTAKA


1. Soekarto, S.T. 2005. Penelitian Organoleptik Untuk Pencemaran Tanah. Bhatara Karya Aksara, Jakarta.
2. Wikipedia. 2007. Pencemaran Tanah (On-line). http://id.wikipedia.org/wiki/pencemaran_tanah. diakses  Pebruari 2008.
3. Bachri, Moch. 2006. Geologi Lingkungan. Malang : CV. Aksara.



Tidak ada komentar: