PENDUGAAN POPULASI SATWA LIAR DAN
ANALISIS HABITAT
TUJUAN INTRUKSIONAL KHUSUS (TIK) :
Mahasiswa mampu mengaplikasikan metode pendugaan
kepadatan populasi he- wan liar yang tidak mudah tertangkap
DASAR
TEORI
Jumlah
satwa liar pada habitatnya di alam bebas (hutan), merupakan salah satu bentuk kekayaan dan keanekaragaman (biodiversity)
sumberdaya alam hayati, karena itu perlu
dilakukan perlindungan. Untuk dapat melakukan perlindungan perlu diketahui jumlah dan sebarannya pada habitat satwaliar. Penentuan
jumlah satwaliar tersebut dapat dilakukan
dengan berbagai metoda sensus yang memudahkan kita untuk melakukan estimasi populasinya. Walaupun belum dapat diketahui
jumlahnya secara pasti, namun metode ini merupakan cara untuk mendata populasi
mendekati jumlah sebenarnya di habitat hidup
satwa liar. Metode yang dapat dilakukan dianta-ranya dengan metoda transek,
yang merupakan salah satu metoda
sensus satwa liar dengan cara pengamatan satwa pada jalur yang telah ditentukan dengan lebar jarak
pengamatan dari garis tengah jalur selebar 25 m. Selain metoda transek digunakan pula metoda point count;
yaitu pengamatan satwa liar pada
plot sampel berbentuk lingkaran dengan jari-jari lingkaran 25 m. Metode di atas
merupakan salah satu cara
yang dipakai untuk sensus dan mengestimasi populasi satwa liar dalam habitat hidupnya. Estimasi Kepadatan Populasi Satwa
Metode yang dipergunakan untuk mengestimasi kepadatan populasi satwa di habitatnya adalah Metode line transect (Transek Garis), Metode IPA (Indeks Point of Abundance), metode Visual Encounter Survey (VES),
a. Metode line transect (Transek Garis)
Pada
dasarnya metode transek garis (line
transect) hampir sama dengan metode transek jalur, langkah yang dilakukan pun juga
sama dengan metode transek jalur.
Namun, perbedaan yang paling mendasar adalah: tidak ditentukan jarak ke kanan dan ke kiri, jarak antara satwa liar dan pengamat
ditentukan, dan sudut kontak antara satwa
yang terdeteksi dengan jalur pengamatan harus dicatat. Line transects adalah metode yang umumnya digunakan untuk sensus primata,
burung dan herbivora besar. Garis
transek merupakan suatu petak contoh, dimana seorang pengamat/pencatat berjalan sepanjang garis transek dan mencatat
setiap jenis satwa liar yang dilihat; baik jumlah maupun jaraknya dari
pencatat. Metode transek ini dapat dipergunakan untuk mencatat data dari beberapa jenis satwa secara
bersamaan.
Asumsi-asumsi
yang dipergunakan dalam metode ini adalah:
- Satwa dan garis transek terletak secara random
- Satwa tidak bergerak/pindah sebelum terdeteksi
- Tidak ada satwa yang terhitung dua kali (double
account)
- Seekor satwa atau kelompok satwa berbeda satu sama
lainnya.
- Seekor satwa yang terbang tidak mempengaruhi
kegiatan satwa yang lainnya
-
Respon tingkah laku satwa terhadap kedatangan pengamat tidak berubah selama dilakukan sensus
- Habitat homogen, bila tidak homogen dapat
dipergunakan stratifikasi
Pendugaan
populasi pada metode transek garis dapat dilakukan dengan menggunakan metode Poole ataupun Webb. Model untuk persamaan
Poole (Poole Methods) adalah :
P = D. A
∑ xi. (2∑ xi + 1)
D=
2 ∑ Lj. dj
∑
ri . Sin ΞΈi
dj = -
nj
Keterangan:
D = Kepadatan populasi (indiv/km2) P = Populasi dugaan (individu)
A = luas wilayah pengamatan (km2) xi = jumlah individu pada kontak ke-i Lj = panjang transek jalur ke-j (m)
dj = rata-rata lebar kiriatau kanan jalur ke j (m)
nj = jumlah kontak pada jalur ke-j
b.
Metode IPA (index
point of abundance)
Metode
IPA (index
point of abundance)
merupakan metode pengamatan burung dengan
mengambil sampel dari komunitas burung untuk dihitung dalam waktu dan lokasi tertentu. Pengamatan dilakukan dengan
berdiri pada titik tertentu pada habitat
yang diteliti kemudian mencatat perjumpaan terhadap burung dalam rentang waktu tertentu. Pengamatan dilakukan melalui
perjumpaan langsung (visual) dan tidak
langsung (suara). Parameter yang dicatat adalah jenis, jumlah yang ditemukan, aktivitas, posisi burung pada tajuk pohon, struktur
dan jenis vegetasi yang digunakan burung. Perjumpaan terhadap jenis burung di luar titik pengamatan tidak diperhitungkan. Metode titik dimana pengamat diam pada suatu titik denganbentu areal pengamatan model lingkaran dengan jarak pandang 20 – 50 m dan mencatat satwa apa saja yang masuk ke wilayah pengamatan.
Keuntungan dari metode ini adalah lebih efisien, dimana peneliti dapat meletakkan beberapa titik pengamatan yang terdistribusi secara random di lokasi pengamatan. Metode point count ini digunakan dengan cara mengamati keberadaan satwa secara langsung dan / atau dengan mendengarkan suaranya (pengetahuan tentang jenis-jenis suara satwa sangat penting), di dalam lingkaran dengan radius yang telah ditetapkan. Jarak antar titik tidak boleh kurang dari ± 200 m di seluruh lokasi penelitian, jika titik terlalu dekat akan ada invidu yang terhitung lebih pada beberapa titik. Periode waktu yang dipergunakan adalah 10 menit untuk tiap titik, dengan menunggu 2 menit saat kedatangan pada titik pengamatan. Setiap titik yang dibuat dilakukan pencatatan koordinat dengan menggunakan Global Positioning System (GPS).
Asumsi
yang dipergunakan dalam metode ini adalah:
·
Burung
tidak mendekati pengamat atau terbang;
·
Burung
yang ada dalam sample dapat terdeteksi 100%;
·
Burung
tidak bergerak selama perhitungan;
·
Burung
berperilaku bebas (tidak tergantung satu sama lain);
·
Pelanggaran terhadap asumsi tersebut tidak
berpengaruh terhadap habitat atau desain studi;
·
Estimasi
jarak akurat;
·
Burung
dapat teridentifikasi dengan baik seluruhnya.
Analisis data untuk kelimpahan individu :
∑ πΏπ
π·π¨π= π
πππ
Diketahui :
PAj = Kelimpahan populasi pada titik
pengamatan ke-j (individu/km2)
xi =
Jumlah individu yang dijumpai pada kontak ke-i selama periode tertentu. Lr = luas plot (lingkaran = Οr2j)
c. Metode VES (Visual Encounier Survey)
Pengamat mencari secara langsung dan
mencatat jumlah individu, komposisi dan kepadatan kelompok. Data jumlah
individu didapat dengan menghitung individu dari semua kelompok. Komposisi
kelompok dibagi berdasarkan struktur umur yang diidentifikasi dari ukuran
tubuh dan perilakunya. Kelompok dibedakan dengan mengidentifikasi
jumlah, struktur umur, ciri fisik dan lokasi penemuan. Pengambilan
data kepadatan populasi dilakukan dengan VES lapang untuk menemukan
ukuran
dan komposisi. Kelompok yang ditemukan sebisa mungkin diikuti sehingga data
yang didapat semakin akurat. Hal ini dilakukan untuk mengantisipasi anggota
kelompok yang sedang memisahkan diri.
- Analisa Habitat Satwa
Pengertian
umum habitat menurut Alikodra (1990), adalah sebuah kawasan yang terdiri dari
komponen fisik maupun abiotik yang merupakan satu kesatuan dan dipergunakan sebagai tempat hidup serta berkembang
biaknya satwa liar. Satwa liar menempati habitat
yang sesuai dengan lingkungan yang diperlukan untuk mendukung kehidupannya, karena habitat mempunyai fungsi menyediakan
makanan, air dan pelindung. Habitat yang sesuai
untuk suatu jenis, belum tentu sesuai untuk jenis yang lain, karena setiap
satwa menghendaki kondisi habitat
yang berbeda-beda (Dasman, 1981). Habitat suatu jenis satwa liar merupakan sistem yang terbentuk dari interaksi
antar komponen fisik dan biotik serta dapat mengendalikan kehidupan satwa liar yang hidup di dalamnya
(Alikodra, 1990).
Komponen habitat yang dapat
mengendalikan kehidupan satwa liar (Shawn, 1985), terdiri dari:
1.
Pakan
(food), merupakan komponen habitat yang paling nyata dan setiap jenis satwa mempunyai kesukaan yang berbeda dalam memilih
pakannya. Sedangkan ketersediaan
pakan erat hubungannya dengan perubahan musim;
2.
Pelindung
(cover), adalah segala tempat dalam habitat yang mampu memberikan perlindungan bagi satwa dari cuaca dan predator,
ataupun menyediakan kondisi yang lebih baik
dan menguntungkan bagi kelangsungan kehidupan satwa;
3.
Air
(water), dibutuhkan oleh satwa dalam proses metabolisme dalam tubuh satwa.
·Kebutuhan air bagi satwa bervariasi, tergantung air
dan/atau tidak tergantung air.
·Ketersediaan air pada habitat akan dapat mengubah
kondisi habitat, yang secara langsung
ataupun tidak langsung akan berpengaruh pada kehidupan satwa;
4. Ruang (space), dibutuhkan oleh individu-individu satwa
untuk mendapatkan cukup pakan, pelindung, air dan tempat untuk kawin. Besarnya
ruang yang dibutuhkan tergantung
ukuran populasi, sementara itu populasi tergantung besarnya satwa, jenis pakan,
produktivitas dan keragaman habitat.
Tipe habitat merupakan komponen-komponen sejenis pada suatu habitat yang mendukung sekumpulan jenis satwa liar untuk beraktivitas. Tipe habitat yang diperlukan suatu satwa di identifikasi melalui pengamatan fungsi-fungsinya, misalnya untuk makan atau bertelur. Satwa memilih habitat yang tersedia dan sesuai untuk mempertahankan kelangsungan hidupnya. Sedangkan struktur vegetasi merupakan susunan vertikal dan distribusi spasial tumbuh-tumbuhan (vegetasi) dalam suatu komunitas. Menurut Mueller, Dombois dan Ellenberg, 1974, struktur vegetasi berfungsi sebagai pengaturan ruang hidup suatu individu dengan unsur utama adalah: bentuk partumbuhan, stratifikasi dan penutupan tajuk.
PENDUGAAN
POPULASI SATWA DAN ANALISIS HABITAT SATWA
A.
TUJUAN PRAKTIKUM
- Mempelajari cara melakukan sensus
satwa liar yang ada di habitatnya dengan metode line transects dan point count;
- Melakukan pengamatan dan
mengestimasi kepadatan populasi satwa di habitatnya; - Mengetahui tipe-tipe habitat satwa dan
karakteristik habitat dan pengaruhnya terhadap populasi satwa.
B.
ALAT DAN BAHAN
Alat
dan bahan yang dipergunakan untuk kegiatan estimasi kepadatan populasi satwa
liar, baik line transects maupun point count adalah:
-
Binokuler -
Kamera
- Tally sheet -
Kompas
- Termometer -
Hygrometer
- Anemometer - Teropong Binokuler
- GPS - Alat
tulis menulis
C.
CARA KERJA
Estimasi Kepadatan
Populasi Satwa
a.
Kegiatan survey kepadatan populasi satwa liar di
area Kampus dilakukan dengan metode transek garis dan point count.
b.
Pada pelaksanaan transek garis, jalur yang digunakan
mengikuti trek jalan setapak yang telah ada dengan estimasi lebar ke kanan
dan ke kiri masing-masing 25 meter.
c.
Pelaksanaan sensus dengan line transek dimulai
dengan titik 0, yang merupakan awal pengamatan terhadap burung dan satwa liar
lainnya yang ditemui di sepanjang jalur transek.
d.
Pencatatan pada Tabel Tally sheet yang dilakukan meliputi
jumlah dan jenis satwa liar, jaraknya dari pengamat serta jarak setiap
titik pengamatan dari titik awalnya (titik 0).
e.
Jika sensus satwa liar menggunakan metode point
count dilaksanakan pada em- pat titik pengamatan (point count), dengan radius 25 meter dan jarak
antar point count
adalah 200 meter. Seperti halnya pelaksaan sensus dengan transek garis, maka pengamatan dan
pencatatan dilaksanakan pada satwa liar yang dijumpai di area sejauh radius 25
meter dari lingkaran yang telah ditentukan. Metode line transek yang digunakan pada pengamatan dapat dilakukan dengan cara berjalan di sepanjang line transek pada jalan setapak, hal ini dikarenakan untuk efisiensi waktu dan menghemat biaya karena tidak perlu membuka jalan pengamatan baru. Lebar kanan kiri jalan setapak untuk pengamatan burung sebesar 50 m (25 m kanan dan 25 m kiri), dan panjang transek minimum 5% dari luas areal.
Analisis Habitat Satwa
Pelaksanaan kegiatan sensus
dan estimasi populasi satwa liar juga diikuti oleh kegiatan analisis habitat
satwa yang ada di area sensus. Karena keterbatasan alat
dan kondisi lapangan, maka vegetasi yang diamati hanya berdasarkan karakteristik
dominan vegetasi yang dijumpai pada habitat satwa di sepanjang garis transek
maupun di dalam area point count.
a.
Amati
dan catat jenis tumbuhan yang tumbuhan disekitra titik-titik pengamatan
b.
Tentukanlah kordinat titik-titik pengamatan satwa
juga dilakukan melalui dengan GPS atau dengan handphone, ketinggian dari
permukaan laut, kelembaban dan suhu serta kelerengannya.
c.
Catatlah apakah terdapat tumbuhan yang banyak
menghasilkan biji-bijian dan buah-buahan yang berpotensi sebagai sumber daya
makanan
d.
Catatlah
apakah terdapat sumber daya air disekitar titik-titik pengamatan
Bolen
and Robinson (1995) mengatakan bahwa kerapatan populasi ini sangat ditentukan
oleh beberapa faktor yaitu:
a.
Keberadaan pakan, yang meliputi kualitas (cukup
nutrisi) dan kuantitas (jumlahnya cukup banyak) makanan yang ada di
kawasan tersebut.
b. Penutupan
vegetasi di kawasan tersebut, apakah kawasan tersebut bebas dari gangguan
manusia ataupun tidak.
c.
Keberadaan rantai makanan, yang menyebabkan predator
cepat berkembang maka populasi satwa kecil akan lebih cepat punah.
d.
Kompetisi hidup antar jenis, hal ini sangat
menentukan jenis satwa yang akan bertahan.
e.
Penyakit dan parasit, yang sedang mewabah di
kawasan tersebut dapat mengakibatkan beberapa jenis menjadi punah.
D.
HASIL DAN PEMBAHASAN
Buatlah seluruh data hasil pengamatan
yang diperoleh dalam bentuk tabel, diskuskanlah dengan teman kelompoknya
untuk membuat pembahasan hasil pengamatan dan tariklah kesimpulan bila
memungkinkan. Bila mengalami kesusahan mintalah petunjuk dari dosen dan
asisten yang mengawas praktikum di laboratorium.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar