“Biodiversitas
Gastropoda Epifauna di Kawasan
Mangrove Perairan Bontolebang Kabupaten Kepulauan Selayar, Sulawesi Selatan”
Ahmad Ashar Abbas*, Eddy soekandarsia, Dody Priosambodo
*Alamat
korepondensi e-mail: Abbasahmad326@gmail.com
aJurusan Biologi
Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam,
Universitas Hasanuddin, Makassar
ABSTRAK
Penelitian tentang Biodiversitas
Gastropoda epifauna di daerah Mangrove Perairan Gusung, Desa Bontolebang, Kec.Bontoharu, Kab. Kep. Selayar, Sulawesi
Selatan, telah dilakukan pada bulan September-Oktober 2013. Tujuan dari
penelitian ini adalah untuk mengetahui keanekaragaman jenis gastropoda Epifauna
di Perairan Bontolebang. Pengamatan dilakukan pada 6 stasiun yang terdiri dari
6 ulangan. Pengambilan sampel gastropoda dilakukan dengan plot menggunakan plot
berukuran 2 x 2 m. Masing-masing titik sampling berjarak 10 m. Pada setiap
titik sampling dilakukan 1 kali pengambilan sampel gastropoda secara acak
sistematis. Analisis indeks ekologi meliputi: keanekaragaman jenis,
keseragaman, dominansi dan pola penyebaran. Hasil penelitian menunjukkan bahwa
terdapat 5 jenis gastropoda yang tergolong dalam 3 suku. Spesies gastropoda
didominasi oleh Littorina scabra
dengan kepadatan 325 ind/m2. Hasil analisis data menunjukkan indeks
keanekaragaman tergolong rendah di tiap-tiap stasiun, berkisar antara
0,02-0,12. Nilai indeks ekologi menunjukkan
kestabilan komunitas di perairan Bontolebang tergolong rendah dengan kondisi
perairan terganggu.
Kata kunci : Biodiversitas
Gastropoda Epifauna, Kawasan Mangrove, Perairan Bontolebang.
|
ABSTRACT
Research on Biodiversity of Gastropoda epifauna in the Mangrove Waters Gusung, Village Bontolebang, Kec.Bontoharu, Kab. Kep. Selayar, South Sulawesi, was conducted in September-October, 2013. The purpose of this study was to determine the species diversity in the gastropod Epifauna Bontolebang waters. Observations were made on 6 stations consisting of 6 replicates. Sampling was done gastropods using plots measuring 2 x 2 m. Each sampling point is 10 m. At each sampling point 1 times random sampling systematic gastropods. Analysis of ecological indices include: diversity, uniformity, dominance and dispersal patterns. The results showed that there are 5 types of gastropods are classified into 3 parts. Gastropod species Littorina scabra dominated by the density of 325 ind / m 2. The results of the analysis of the data showed relatively low diversity index at each station, ranging from 0.02 to 0.12. Ecological value of the index indicates stability in the community is low Bontolebang waters with waters impaired condition.
Keywords: Biodiversity of Gastropoda Epifauna, mangrove areas, Aquatic Bontolebang.
PENDAHULUAN
Perairan Indonesia dikenal kaya akan sumberdaya
hayati laut yang beraneka ragam seperti alga, lamun dan mangrove. Laut seperti
halnya dengan daratan yang dapat dihuni oleh makhluk hidup seperti
tumbuh-tumbuhan, hewan dan mikroorganisme. Tingginya keanekaragaman makhluk
hidup, tidak kurang dari 833 jenis tumbuh-tumbuhan laut (alga, lamun dan
mangrove), 910 jenis karang (Coelenterata), 850 spon (Porifera), 2500 kerang dan keong (Moluska), 1502 jenis udang dan kepiting
(Crustacea), 745 jenis hewan berkulit duri (Echinodermata), 2000 jenis ikan
(Pisces), 148 jenis burung laut (Aves) dan 30 jenis hewan menyusui laut
(mamalia) diketahui hidup di Laut (Dinas Kelautan dan Ketahanan Pangan, 2005). Berbagai jenis hewan hidupnya
tergantung pada ekosistem mangrove, baik itu langsung maupun tak langsung. Ada
hewan yang tinggal menetap adapula yang sementara. Sebagian besar wilayah
mangrove di desa Bontolebang ini telah dikonversi menjadi kawasan tambak
sehingga secara langsung akan mempengaruhi komposisi dan kelimpahan
makrozoobenthos, khususnya gastropoda. Organisme ini dapat tumbuh dan
berkembang dalam kisaran kondisi lingkungan yang luas, yaitu organisme yang
sering dijumpai di perairan yang berkualitas buruk. Pada umumnya organisme
tersebut tidak peka terhadap tekanan lingkungan dan kelimpahannya dapat
bertambah di perairan yang sudah terkontaminasi bahan organik. Oleh karena itu,
keberadaan organisme tersebut sangat penting dalam ekosistem mangrove karena
dapat berfungsi sebagai indikator kestabilan lingkungan utamanya daerah
perairan.
Gastropoda
merupakan kelompok hewan yang paling kaya akan jenis. Beberapa spesies
gastropoda dikenal memiliki daging yang lezat dan bernilai ekonomi tinggi,
seperti: Abalone haliotis sp, Bekicot
Achatina fulica, dan laim-lain . Selain dagingnya yang lezat, bentuk,
tekstur dan warna cangkang yang indah dari gastropoda menjadi daya tarik
sendiri untuk dimanfaatkan sebagai bahan baku kerajinan tangan . Namun,
beberapa jenis gastropoda seperti Triton Charonia
tritonis , Kepala kambing Cassis
cornuta . Spesies ini sudah jarang ditemukan sehingga populasinya kini
dilindungi oleh Undang-Undang (Lampiran PP No.7 Tahun 1999 tentang pengawetan
hewan dan tumbuhan) (Rahmawati, 2005).
METODE PENELITIAN
Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah plot berukuran 2 x 2 m,
kertas bawah air, kamera bawah air, Global
Positioning System (GPS), pinset, fins, Sepatu tahan air (Bootish),
termometer, nampan, Refraktometer, kertas lakmus, rol meter, gunting, spidol,
tali nilon, isolasi, pensil dan buku identifikasi gastropoda.
Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel gastropoda,
alkohol 70%, kertas label, plastik sampel, tisu gulung dan substrat/sedimen
dari hutan bakau.
Pengambilan sampel dilakukan secara acak sistematis
dengan menggunakan plot ukuran 2 x 2 m. Sampel diambil secara acak dengan
mengambil gastropoda yang berada diatas permukaan air tepatnya yang menempel di
perakaran mangrove. Sampel yang sudah diambil dimasukkan kedalam kantong sampel
yang telah diberi kertas label. Selanjutnya sampel diawetkan menggunakan
alkohol 70 % dan formalin 4 %, Kemudian sampel difoto untuk didokumentasikan
dan selanjutnya dibawa ke Laboratorium
untuk identifikasi lebih lanjut .
HASIL DAN PEMBAHASAN
Komposisi Jenis
Berdasarkan hasil sampling yang dilakukan pada masing-masing stasiun
penelitian, diperoleh jumlah total gastropoda sebanyak 348 individu yang
terdiri dari 5 jenis, dimana jenis gastropoda didominasi oleh jenis Littorina
scabra, seperti yang terlihat pada Tabel 3.
Tabel
3. Jenis dan jumlah individu spesies gastropoda pada setiap stasiun penelitian
No
|
Nama Spesies
|
Jumlah Individu
|
Jumlah individu
|
|||||
Stasiun 1
|
Stasiun 2
|
Stasiun 3
|
Stasiun 4
|
Stasiun 5
|
Stasiun 6
|
|||
1
|
Littorina scabra
|
75
|
48
|
36
|
61
|
30
|
75
|
325
|
2
|
Terebralia
sulcata
|
0
|
3
|
2
|
2
|
6
|
1
|
14
|
3
|
Orania mixta
|
0
|
0
|
0
|
2
|
0
|
0
|
2
|
4
|
Nerita undata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
1
|
3
|
5
|
Nerita planospira
|
0
|
0
|
0
|
0
|
2
|
2
|
4
|
Jumlah
|
75
|
51
|
38
|
65
|
40
|
79
|
348
|
Sumber: Hasil
sampling, 2014
Kepadatan Mutlak dan Kepadatan Relatif
Tabel
4. Nilai Kepadatan Mutlak (Individu/m2) dan Kepadatan Relatif (%)
Jenis Gastropoda masing-masing Stasiun Penelitian
NO
|
Nama Spesies
|
Kepadatan Mutlak (Ind/m2)
|
Kepadatan Relatif (%)
|
||||||||||
ST 1
|
ST 2
|
ST 3
|
ST 4
|
ST 5
|
ST 6
|
ST 1
|
ST 2
|
ST
3
|
ST
4
|
ST
5
|
ST
6
|
||
1
|
Littorina scabra
|
18.8
|
12.0
|
9.0
|
15.3
|
7.5
|
18.8
|
25.0
|
16.0
|
12.0
|
20,33
|
10.0
|
25.0
|
2
|
Terebralia sulcata
|
0
|
0.8
|
0.5
|
0.5
|
1.5
|
0.3
|
0
|
1.0
|
0.67
|
0.67
|
2.0
|
0.33
|
3
|
Orania mixta
|
0
|
0
|
0
|
0.5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,67
|
0
|
0
|
4
|
Nerita undata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.5
|
0.3
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.67
|
0.33
|
5
|
Nerita
planospira
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.5
|
0.5
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.67
|
0.67
|
Jumlah
|
18.8
|
12.8
|
9.5
|
16.3
|
10.0
|
19.9
|
25.0
|
17.0
|
12.67
|
21.67
|
13.33
|
26.33
|
Sumber: Hasil
sampling, 2014
Berdasarkan hasil tabel 3, diperoleh kepadatan mutlak
spesies gastropoda di stasiun I adalah
18,8 ind/m2 dan di
stasiun II berkisar antara 0,8 – 12,0 ind/m2, pada stasiun III
berkisar antara 0,5 – 9,0 ind/m2, pada stasiun IV berkisar antara
0,5 – 15,3 ind/m2, pada stasiun V berkisar antara 0,5 – 7,5 ind/m2,
sedangkan pada stasiun VI berkisar antara 0,3 – 18,8 ind/m2.
Kepadatan tertinggi ditemukan pada spesies
Littorina
scabra berkisar 7,5-18,8 ind/m2 dan terendah pada spesies
Orania mixta yaitu
0,5 ind/m2,
Kepadatan relatif spesies gastropoda di stasiun 1 berkisar antara 0 – 25,0%. Pada stasiun I
yaitu 25,0% dan di stasiun II berkisar
antara 1 – 16,0%, pada stasiun III berkisar antara 0,67 – 12,0%, pada stasiun
IV berkisar antara 0,67 – 20,33%, pada stasiun V berkisar antara 0,67 – 10,0%,
sedangkan pada stasiun VI berkisar antara
0,33 – 25,0%.. Kepadatan tertinggi diperoleh spesies Littorina scabra yaitu berkisar 25% dan
kepadatan terendah diperoleh Orania mixta sekitar 0,67%.
Indeks Keanekaragaman (H’)
Tabel
5. Indeks Keanekaragaman (H’) Jenis Gastropoda masing-masing Stasiun Penelitian
No
|
Nama Spesies
|
Indeks Keanekaragaaman (H’)
|
|||||||||||
ST 1
|
ST 2
|
ST 3
|
ST 4
|
ST 5
|
ST 6
|
||||||||
1
|
Littorina scabra
|
0,14
|
0.12
|
0.1
|
0.133
|
0.09
|
0.14
|
||||||
2
|
Terebralia sulcata
|
0
|
0.02
|
0.01
|
0.01
|
0.03
|
0.01
|
||||||
3
|
Orania mixta
|
0
|
0
|
0
|
0.01
|
0
|
0
|
||||||
4
|
Nerita undata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.01
|
0.01
|
||||||
5
|
Nerita
planospira
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.01
|
0.13
|
||||||
Jumlah
|
0,14
|
0,14
|
0.11
|
0.16
|
0.15
|
0.2
|
|||||||
Sumber: Hasil
sampling, 2014
Berdasarkan hasil analisis
data, diketahui bahwa keanekaragaman jenis gastropoda pada masing-masing
stasiun berkisar antara 0,11 – 0,2 dimana terendah 0,11 berada di stasiun 3 dan
tertinggi 0,2 di stasiun 5 (Tabel 4). Menurut Brower et al., (1990), seluruh nilai yang terhitung memiliki nilai
keanekaragaman kurang dari 2 (H < 2). Kondisi ini menunjukkan keanekaragaman
jenis yang rendah yang berarti kestabilan komunitas rendah dan keadaan perairan
telah terganggu.
Indeks Keseragaman
(E)
Tabel
6. Indeks Keseragaman (E) Jenis Gastropoda masing-masing Stasiun Penelitian
No
|
Nama Spesies
|
Indeks Keseragaaman (E)
|
|||||
ST 1
|
ST 2
|
ST 3
|
ST 4
|
ST 5
|
ST 6
|
||
1
|
Littorina scabra
|
0,06
|
0.1
|
0.1
|
0.1
|
0.06
|
0.1
|
2
|
Terebralia
sulcata
|
0
|
0.01
|
0.01
|
0.01
|
0.02
|
0
|
3
|
Orania mixta
|
0
|
0
|
0
|
0.01
|
0
|
0
|
4
|
Nerita undata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.01
|
0.
|
5
|
Nerita
planospira
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.01
|
0.01
|
Jumlah
|
0,06
|
0.11
|
0.11
|
0.12
|
0.1
|
0.11
|
Sumber: Hasil
sampling, 2014
Analisis data gastropoda dari masing-masing stasiun
menunjukkan, bahwa nilai indeks keseragaman (E) yang diperoleh berkisar antara 0,06 – 0.12 dimana
terendah 0,06 berada di stasiun 1 dan tertinggi 0,12 di stasiun 4 (Tabel 4). Berdasarkan kriteria menurut Krebs
(1985), indeks keseragaman dari komunitas gastropoda yang ada di padang
mangrove tersebut tergolong dalam kategori tertekan . Odum (1993), menyatakan
bahwa nilai indeks keseragaman berkisar antara 0 – 3. Nilai indeks ini
menunjukkan penyebaran individu, apabila indeks tersebut 0,75 < E < 3,
maka kondisi ekosistem relatif stabil karena jumlah individu tiap spesies yang
hidup di daerah tersebut relatif sama. Apabila indeks keseragaman 0,5 < E
< 0,75 , maka organisme pada komunitas
tersebut menunjukkan keseragaman tidak stabil, sedangkan bila indeks
keseragaman mendekati nol ( 0 < E < 0,5 ) maka organisme pada komunitas
tersebut tidak tertekan.
Indeks Dominansi (C)
Tabel
7. Indeks Dominansi Gastropoda masing-masing Stasiun Penelitian
No
|
Nama Spesies
|
Indeks Dominansi (C)
|
|||||
ST 1
|
ST 2
|
ST 3
|
ST 4
|
ST 5
|
ST 6
|
||
1
|
Littorina scabra
|
1
|
0.9
|
0.9
|
0.9
|
0.6
|
0,9
|
2
|
Terebralia
sulcata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0.02
|
0
|
3
|
Orania mixta
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
4
|
Nerita undata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
5
|
Nerita
planospira
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
1
|
0.9
|
0.9
|
0.9
|
0.62
|
0,9
|
Sumber: Hasil
sampling, 2014
Berdasarkan
hasil analisis data terhadap gastropoda yang disampling pada masing-masing
stasiun penelitian, diperoleh nilai indeks dominansi berkisar antara 0 – 1
(Tabel 5). Nilai indeks ini termasuk kategori rendah sampai tinggi, dimana
dominansi terendah terdapat pada stasiun V yaitu sekitar 0,62 sedangkan
tertinggi terdapat pada stasiun I yaitu sekitar 1. Hal ini menunjukkan bahwa
terdapat stasiun pengamatan yang tidak mengalami dominansi jenis gastropoda
tertentu, namun terdapat pula stasiun yang didominansi satu atau beberapa jenis
tertentu.
Pola Penyebaran (Id)
Tabel
4. Pola Penyebaran (Id) Jenis Gastropoda masing-masing Stasiun Penelitian
No
|
Nama Spesies
|
Indeks Penyebaran
|
|||||
ST 1
|
ST 2
|
ST 3
|
ST 4
|
ST 5
|
ST 6
|
||
1
|
Littorina scabra
|
0,3
|
0,06`
|
0,06
|
0,18
|
0,048
|
0,3
|
2
|
Terebralia
sulcata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0,7
|
0
|
3
|
Orania mixta
|
0
|
0
|
0
|
6
|
0
|
0
|
4
|
Nerita undata
|
0
|
0
|
0
|
0
|
1
|
0
|
5
|
Nerita
planospira
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
0
|
Jumlah
|
0,3
|
0,06
|
0,06
|
6,18
|
1,75
|
0,3
|
Sumber: Hasil sampling, 2014
Berdasarkan hasil perhitungan pola sebaran didapatkan
pola sebaran individu yang seragam hampir semua jenis gastropoda, Orania mixta pola sebarannya
mengelompok, sedangkan jenis Nerita
undata pola sebarannya acak . Pola sebaran mengelompok ini menurut Odum
(1993) terjadi karena terjadinya persaingan individu sehingga mendorong
pembagian ruang secara mengelompok. Berdasarkan kriteria Brower et al, (1998), jika nilai Indeks
penyebaran kurang dari satu (Id < 1)
maka pola penyebaran yang terbentuk adalah pola penyebaran seragam, jika nilai
indeks penyebaran sama dengan satu (Id = 1), maka pola penyebaran yang
terbentuk adalah acak, sedangkan jika nilai indeks penyebaran lebih dari satu
(Id > 1), maka pola penyebaran yang terbentuk adalah mengelompok. Dengan demikian
dapat disimpulkan bahwa pola penyebaran gastropoda secara umum di daerah
mangrove pantai gusung desa Bontolebang
cenderung seragam.
Parameter Lingkungan
NO
|
Parameter lingkungan
|
Stasiun
|
|||||
ST 1
|
ST 2
|
ST 3
|
ST 4
|
ST 5
|
ST 6
|
||
1
|
Suhu (°C)
|
34
|
35,3
|
37,4
|
38
|
33
|
31
|
2
|
pH
|
8
|
9
|
9
|
8
|
9
|
9
|
3
|
Salinitas( ‰)
|
38
|
29
|
31
|
29
|
30
|
27
|
4
|
Karakteristik
substrat
|
B
|
B
|
LB
|
LB
|
LB
|
B
|
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian, dapat disimpulkan bahwa di mangrove perairan Desa Bontolebang ditemukan 5 jenis
gastropoda yang terdiri 3 famili. Spesies gastropoda didominasi oleh Littorina scabra. Indeks keanekaragaman
jenis pada indeks biologi tergolong rendah masing-masing stasiun berkisar
antara 0 – 0,35. Sehingga kawasan mangrove pantai Bontolebang bisa disimpulkan
terganggu.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, T. and M. Mangampa. 2000. The use of mangrove stands
for bioremediation in a close shrimp
culture system. Proceeding of International Symposium on Marine Biotechnology.
Bogor Agricultural University, Bogor. p. 114−122.
Aksornkoae S. 1993. Ecology and Management of Mangroves.
Bangkok: IUCN
Arbi, U. Yanu,
2008. Komunitas Moluska di Padang Lamun Pantai Wori Sulawesi Selatan. Jurnal.
P.3.
Arisandi, P. 2004. Kajian ekologi dan konservasi lahan basah. http://ecoton.or.id/tulisanlengkap.php?.Surabaya (09/10/2013)
Bengen, D. G. 2001a. Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut.
Pusat Kajian Sumberdaya Pesisir dan Laut Institut Pertanian Bogor (PKSPL –
IPB). Bogor.
2001b. Pedoman
Teknis Pengenalan dan Pengelolaan
Ekosistem Mangrove. Pusat Kajian
Sumberdaya Pesisir dan Lautan – Institut Pertanian Bogor. Bogor, Indonesia.
2004a. Pedoman
Teknis Pengenalan dan Pengelolaan Ekosistem Mangrove.
Bogor: Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
2004b. Sinopsis Ekosistem dan Sumberdaya Alam Pesisir dan Laut serta Prinsip
Pen gelolaannya. Bogor: Pusat kajian Sumberdaya Pesisir dan Lautan, Institut Pertanian Bogor.
Berwick, N. L., 1983. Guidelines for Analysis of Biophysical Impact to Tropical Coastal
Marine Resources.The Bombay Natural History ociety Centenaty Seminar
Conservation in Developing Countries-Problem and Prospects, Bombay. 6-10
December 1983.
Budisantoso, T., 2012. Biodiversitas : Definisi dan Batasan. http://www.teguhsantoso.com/. Diakses tanggal 9 Oktober 2013, pukul 23.15 WITA.
Brower, J.
S., J. H. Zar and N. O., Ende, 1990. Field
and Laboratory Methods for General Ecology. Third Edition. Brown.
Clark, J.,
1974. Costal Ekosistem. Ecologycal
Consideration for Managemen of the Coastal Zone. The Conservation Foundation.
Washington DC. 178 p.
Coliver, A. P. H., 1975. Shell of the World. Hamlyn, London.
Newyork, Sydney. p : 5-6
Dela Cruz MS, RC Joshi,
and EC Martin., 2000. Potential effects
of commercial molluscicides used in controlling golden apple snalts on the
native snail Vivipara costata (Quoy and Gaimard). Philipp. Ent.
14(2):149-157.
Dinas Kelautan dan Ketahanan Pangan. 2005. Muatan lokal ekosistem pesisir dan laut.
http://regional.coremap.or.id/downloads/kelasIV.pdf. Pemerintah Kabupaten Selayar (9/10/2013).
Ewuisie,
J.Y.,1980. Specialized Ecosystem Within
The Tropical Forest and along the sea coast. Elements of tropical ecology:
155-156.
Google Earth, 2012. Suppa-Indonesia. Image ©2012 Terra
Matricx. ©2012 Tele Atlas. Data SIO,
NOAA, U.S. Navy, NGA, GEBCO. Image ©2012 Digital
Globe.
Gray, J.
S., R. S. Wu, and YY., 2002. Effect
Ofhypoxia and Organic Enrichment on The Coastal Marine Environment. Review.
Mar.Ecol.Prog.Ser.238:249-279.
Gross, 1972
dalam Metungun, J., Juliana, dan M.
Y. Beruatjaan, 2011. Kelimpahan
Gastropoda pada Habitat Lamun di Perairan Teluk Un Maluku Tenggara.
Prosiding seminar. 1-7 hal.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar