Rabu, 08 April 2015

SISTEM INTEGUMEN PADA VERTEBRATA

SISTEM INTEGUMEN PADA VERTEBRATA

Sistem integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ yang terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, kuku, kelenjar keringat dan produknya (keringat atau lendir). Kata ini berasal dari bahasa Latin "integumentum", yang berarti "penutup" (Wikipedia, 2010).

A.    Sistem Integumen pada Pisces
a.      Sisik
Sisik dibuat di dalam dermis sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Ikan yang sama sekali tidak bersisik, di temukan pada ikan lajur (Trichiurus, Lepturancanthus, Demissolinea), ikan sub-ordo Siluroidea (Pegasius, Clarias, Fluta alba).
Jenis-jenis sisik ikan yaitu:
Ø  Sisik Placoid
Jenis sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari permukaan epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang primitive yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan duri. Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga sering disebut dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa. Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik.
Ø  Sisik Cosmoid
Sisik ini hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular, terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae.
Ø  Sisik Ganoid
Jenis sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus (Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine. Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan Polyodontidae.d.Sisik Cycloid dan CtenoidSisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.
Ø  Cycloid dan ctenoid
Sisik ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.


b.      Lendir
Umumnya ikan yang tidak bersisik memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding dengan ikan yang bersisik. Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada saat atau keadaan normal.
Lendir berguna untuk mengurangi gesekan dengan air supaya ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah infeksi dan menutup luka, berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit.
Pada beberapa ikan tertentu menggunakan lendir sebagai alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan, misalnya ikan paru-paru (Protopterus) yang menanamkan diri pada lumpur selama musim panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim penghujan tiba. Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindungi telur dari gangguan luar, misalnya anggota dari genus Trichogaster




B.     Sistem Integumen pada Amfibi
Kulit
Amfibi terbungkus oleh kulitnya yang lembut (tipis) dan bersih, tanpa bulu, tanpa sisik. Kulit ini harus selalu dijaga agar tetap lembab karena ia cenderung mengering terutama di bagian perut. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya pertukaran gas. Bahkan walaupun mereka memiliki kelenjar lendir yang membantu menjaga kelembaban, amfibi harus tetap hidup di daerah lembab. Kulit dari sebagian besar amfibi melindungi mereka dari predator dan memiliki kelenjar racun yang mengeluarkan zat yang tidak nyaman dan bahkan bisa beracun (Fakta ilmiah, 2010).


C.    Sistem Integumen pada Reptil
1.      Kelenjar Keringat
Integument pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan terluar dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila hewan berganti kulit. Pada calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes (bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem nervosum outonomicum (Isman, 2009).
2.      Sisik
Tubuh reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun berukuran besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura. Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm (Isman, 2009).
Beberapa bentuk sisik yang umum pada reptil adalah (Isman, 2009):
-          sikloid (cenderung datar membundar)
-          granular (berbingkul-bingkul), dan
-          berlunas (memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu).




 Sisik ular picung (Rhabdophis subminiata) yang berlunas

c.       Sistem Integumen pada Aves
Sistem integument pada aves terdiri dari bulu dan paruh yang mempunyai fungsi tertentu.
-          Bulu
Bulu adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis. Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan susunan anatomis bulu dibagi menjadi empat jenis (Jasin, 1984) :
§  Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh. Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
§  Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan perbedaan detail.    
§  Plumae, Bulu yang sempurna Menutupi pada daerah tertentu pada tubuh. Pada bagian sayap disebut remiges, pada ekor disebut retises.
§  Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.

d.      Sistem Integumen pada Mamalia
-          Kulit
EPIDERMIS
§  Biasanya terdiri atas tiga puluh lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air.
§  Melindungi tubuh dari masuknya benda asing dan mencegah evaporasi cairan berlebih.
§  Pada lapisan ini pula terdapat sel melanosit yang menentukan warna kulit kita.
Terdiri atas :
Ø  Stratum korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan selalu mengelupas. Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk Stratum granulosum, mengandung pigmen Stratum germonativum, selalu membentuk sel-sel baru ke arah luar.
DERMIS
§  Pada lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel rambut, kelenjar keringat, syaraf dan sel fibroblast.
§  Pada lapisan ini juga terdapat reseptor yang berfungsi untuk merasakan sensasi raba dan nyeri.

HIPODERMIS
Ø  Bagian terdalam dari kulit.
Ø  Tersusun atas jaringan adiposa.
Ø  Terdiri dari banyak sel lemak sehingga berfungsi sebagai bantalan terhadap cedera dan membantu dalam mempertahankan panas tubuh.


e.       Mammalia
1.      Kelenjar Keringat
Kelenjar merupakan derivat sel epithel. Pada manusia, kelenjar keringat tersebar di seluruh permukaan tubuh, sedangkan pada mamalia lainnya penyebarannya lebih terbatas, misalnya di daerah telinga, bibir, kepala, punggung, jari kaki, telapak kaki, sekitar anus, dan kelenjar susu. Tipe :
-          merokrin (hanya mengeluarkan sekret) : ludah, pankreas, mucus
-          holokrin (seluruh sel sbg sekret) : keringat, lamak
-          apokrin : sekret bag. Ujung/puncak (kel mamae)
2.      Kelenjar Susu
Kelenjar susu (glandula mammae) hanya dimiliki oleh mammalia. Kelenjar ini merupakan modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar susu terbentu sepanjang garis susu, yang terentang dari ketiak sampai lipat paha.
Berdasarkan wilayah-wilayah di mana kelenjar susu tumbuh, dapat dibedakan kelenjar susu aksila (ketiak), thorak (dada), abdominal (perut), dan inguinal (lipat paha).
3.      Tanduk
Tanduk (Bahan Tulang / Zat Tanduk) terdiri dari:
-          Tanduk Kosong (Lanjutan Dari Tl. Frontal, Tunggal) : Kambing, Domba, Kerbau, Sapi
-          Prong Horn : Tanduk Kosong, Bercabang, Tiap Tahun Berganti; Antilop
-          Cula : Rambut Menyatu, Tetap (Badak)
-          Rangga : Tanduk Tulang, Berganti (Rusa Jantan)
-          Tanduk jerapah : tl frontal, permanen.
4.      Cakar, Kuku, dan Telapok
v  Cakar       : Bag. Dorsal (Konveks): Unguis, Runcing; Bag Ventral (Konkaf) : Sub-unguis
v  Kuku        : Lebar, Pipih; Sub-unguis Lebih Lunak, tersusun atas Protein yang mengeras disebut keratin. Bagian-bagiannya yaitu matriks, dinding, dasar, alur, akar, lempeng, lunula, eponikium, hiponikiu.
v  Telapok : unguis  perisai tanduk; kuneus (ventral sub-unguis menanduk)
KESIMPULAN

Sistem Integumen adalah sistem organ yang membedakan, memisahkan, melindungi dan menginformasikan makhluk hidup pada dengan lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, tanduk, kelenjar keringat, sisik tanduk dan sebagainya.
Sistem Integumen secara langsung maupun tidak barfungsi sebagai:
1. Proteksi
2. Penerima rangsang dari luar (eksteroreseptor)
3. Pengaturan suhu
4. Mengatur kadar cairan
5. Untuk respirasi (pada Katak)
6. Alat gerak (kelalawar)
7. Nutrisi
8. Alat absobsi



DAFTAR PUSTAKA

Dian, 2010. Pembahasan Sistem Integumen. Rahayuwahab@yahoo.com. Diakses pada tanggal 17 September 2010.

Fakta Ilmiah, 2010. Sistem Integumen.

Isman, 2009. Sistem Integumen pada Reptil. www.http://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 17 September 2010.

isnanbio.blogspot.com/.../sistem-integumen-pada-mamalia-binatang.html
isnanbio.blogspot.com/.../sistem-integumen-pada-reptil.html
sinyalhp.com/info/my-blog-sistem-integumen-pada-ikan.html
Wibawa, 2008. Sistem Integumen.

Wikipedia, 2010. Sistem Integumen pada Vertebrata. www.http://wikipedia.com. Diakses pada tanggal 17 September 2010.







Tidak ada komentar: