SISTEM INTEGUMEN PADA VERTEBRATA
Sistem
integumen adalah sistem organ
yang membedakan, memisahkan, melindungi, dan menginformasikan hewan
terhadap lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem
organ yang terbesar yang mencakup kulit,
rambut,
bulu,
sisik,
kuku,
kelenjar keringat dan produknya (keringat
atau lendir).
Kata ini berasal dari bahasa Latin
"integumentum", yang berarti "penutup" (Wikipedia,
2010).
A.
Sistem Integumen pada Pisces
a.
Sisik
Sisik dibuat di dalam dermis
sehingga sering diistilahkan sebagai rangka dermis. Ikan yang sama sekali tidak
bersisik, di temukan pada ikan lajur (Trichiurus, Lepturancanthus,
Demissolinea), ikan sub-ordo Siluroidea (Pegasius, Clarias, Fluta alba).
Jenis-jenis sisik ikan yaitu:
Ø Sisik Placoid
Jenis
sisik ini karakteristik bagi golongan ikan bertulang rawan (Chondrichthyes).
Bentuk sisik tersebut menyerupai bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur
sangkar. Sisik macam ini terdiri dari keping basal yang letaknya terbenam di
bagian dermis kulit, dan suatu bagian yang menonjol berupa duri keluar dari
permukaan epidermis. Sisik tersebut merupakan struktur exoskeleton yang
primitive yang mempunyai titik perkembangan menuju ke lembaran sisik yang biasa
terdapat pada osteichthyes yang terdiri atas lempeng dasar, tangkai sentral dan
duri. Bagian yang lunak dari sisik ini (pulp) berisikan pembuluh darah dan
saraf yang berasal dari dermis. Sisik placoid dibangunkan oleh dentine sehinnga
sering disebut dermal denticle yang di dalamnya terdapat rongga pulpa.
Pertumbuhan dari sisik placoid menyerupai pertumbuhan gigi, yaitu dimulai
dengan adanya pengelompokan dari sel-sel dermis yang seterusnya akan tumbuh
menjadi lebih nyata membentuk papila dermis yang mendesak epidermis yang ada di
sebelah permukaan. Gigi ikan hiu merupakan derivate dari sisik.
Ø Sisik Cosmoid
Sisik ini
hanya ditemukan pada ikan fosil dan ikan primitive yang sudah punah dari
kelompok Crossopterygii dan Dipnoi. Sisik ikan ini terdiri dari beberapa
lapisan, yang berturut-turut dari luar adalah vitrodentine, yang dilapisi
semacam enamel, kemudian cosmine yang merupakan lapisan terkuat dan noncellular,
terakhir isopedine yang materialnya terdiri dari substansi tulang. Pertumbuhan
sisik ini hanya pada bagian bawah, sedangkan pada bagian atas tidak terdapat
sel-sel hidup yang menutup prmukaan. Tipe sisik ini ditemukan pada jenis ikan Latimeria chalumnae.
Ø Sisik Ganoid
Jenis
sisik ini dimiliki oleh ikan-ikan Lepidosteus (Holostei) dan Scaphyrynchus
(Chondrostei). Sisik ini terdiri dari beberapa lapisan yakni lapisan terluar
disebut ganoine yang materialnya berupa garam-garam an-organik, kemudian lapisan
berikutnya dalah cosmine, dan lapisan yang paling dalam adalah isopedine.
Pertumbuhan sisik ini dari bagian bawah dan bagian atas. Ikan bersisik type ini
adalah antara lain, Polypterus, Lepisostidae, Acipenceridae dan
Polyodontidae.d.Sisik Cycloid dan CtenoidSisik ini ditemukan pada golongan ikan
teleostei, yang masing-masing terdapat pada golongan ikan berjari-jari lemah
(Malacoptrerygii) dan golongan ikan berjari-jari keras (Acanthopterygii).
Perbedaan antara sisik cycloid dengan ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah
duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa baris di bagian posteriornya.
Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian atas dan bawah, tidak mengandung
dentine atau enamel dan kepipihannya sudah tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel
dan transparan. Penempelannya secara tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di
dalam dermis dengan susunan seperti genting yang dapat mengurangi gesekan
dengan air sehingga dapat berenang lebih cepat. Sisik yang terlihat adalah
bagian belakang (posterior) yang berwarna lebih gelap daripada bagian depan
(anterior) karena bagian posteriornya mengandung butir-butir pigmen
(chromatophore). Bagian anterior (terutama pada bagian tubuh) transparan dan
tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik cycloid dengan ctenoid adalah pada
bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi dengan ctenii (gerigi kecil). Focus
merupakan titik awal perkembangan sisik dan biasanya berkedudukan di
tengah-tengah sisik.
Ø Cycloid dan ctenoid
Sisik
ini ditemukan pada golongan ikan teleostei, yang masing-masing terdapat pada
golongan ikan berjari-jari lemah (Malacoptrerygii) dan golongan ikan
berjari-jari keras (Acanthopterygii). Perbedaan antara sisik cycloid dengan
ctenoid hanya meliputi adanya sejumlah duri-duri halus yang disebut ctenii beberapa
baris di bagian posteriornya. Pertumbuhan pada tipe sisik ini adalah bagian
atas dan bawah, tidak mengandung dentine atau enamel dan kepipihannya sudah
tereduksi menjadi lebih tipis, fleksibel dan transparan. Penempelannya secara
tertanam ke dalam sebuah kantung kecil di dalam dermis dengan susunan seperti
genting yang dapat mengurangi gesekan dengan air sehingga dapat berenang lebih
cepat. Sisik yang terlihat adalah bagian belakang (posterior) yang berwarna
lebih gelap daripada bagian depan (anterior) karena bagian posteriornya
mengandung butir-butir pigmen (chromatophore). Bagian anterior (terutama pada
bagian tubuh) transparan dan tidak berwarna. Perbedaan antara tipe sisik
cycloid dengan ctenoid adalah pada bagian posterior sisik ctenoid dilengkapi
dengan ctenii (gerigi kecil). Focus merupakan titik awal perkembangan sisik dan
biasanya berkedudukan di tengah-tengah sisik.
b.
Lendir
Umumnya ikan yang tidak bersisik
memproduksi lendir yang lebih banyak dan tebal dibanding dengan ikan yang bersisik.
Ketebalan lendir yang meliputi kulit ikan dipengaruhi oleh kegiatan sel
kelenjar yang berbentuk piala yang terletak di dalam epidermis. Kelenjar ini
akan memproduksi lendir lebih banyak pada saat tertentu, misalnya pada saat
ikan berusaha melepaskan diri dari bahaya/ genting dibanding pada saat atau
keadaan normal.
Lendir berguna untuk mengurangi
gesekan dengan air supaya ia dapat berenang dengan lebih cepat, mencegah
infeksi dan menutup luka, berperan dalam osmoregulasi sebagai lapisan
semi-permiable yang mencegah keluar masuknya air melalui kulit.
Pada beberapa ikan tertentu
menggunakan lendir sebagai alat perlindungan pada saat terjadi kekeringan,
misalnya ikan paru-paru (Protopterus) yang menanamkan diri pada lumpur selama
musim panas dengan membungkus tubuhnya dengan lendir hingga musim penghujan
tiba. Beberapa ikan yang menggunakan lendirnya untuk melindungi telur dari
gangguan luar, misalnya anggota dari genus Trichogaster
B.
Sistem
Integumen pada Amfibi
Kulit
Amfibi
terbungkus oleh kulitnya yang lembut (tipis) dan bersih, tanpa bulu, tanpa
sisik. Kulit ini harus selalu dijaga agar tetap lembab karena ia cenderung
mengering terutama di bagian perut. Keadaan tersebut memungkinkan terjadinya
pertukaran gas. Bahkan walaupun mereka memiliki kelenjar lendir yang membantu
menjaga kelembaban, amfibi harus tetap hidup di daerah lembab. Kulit dari
sebagian besar amfibi melindungi mereka dari predator dan memiliki kelenjar
racun yang mengeluarkan zat yang tidak nyaman dan bahkan bisa beracun (Fakta
ilmiah, 2010).
C.
Sistem
Integumen pada Reptil
1.
Kelenjar
Keringat
Integument
pada Reptilia umumnya juga tidak mengandung kelenjar keringat. Lapisan terluar
dari integument yang menanduk tidak mengandung sel-sel saraf dan pembuluh
darah. Bagian ini mati, dan lama-lama akan mengelupas. Permukaan lapisan
epidermal mengalami keratinisasi. Lapisan ini akan ikut hilang apabila
hewan berganti kulit. Pada calotes (bunglon) integument mengalami modifikasi
warna. Perubahan warna ini dikarenakan adanya granulea pigment dalam dermis
yang terkumpul atau menyebar karena pengaruh yang bermacam-macam. Pada calotes
(bunglon) perubahan ini relatif cepat, karena selalu dibawah kontrol sistem
nervosum outonomicum (Isman, 2009).
2.
Sisik
Tubuh
reptil umumnya tertutupi oleh sisik-sisik yang beraneka bentuk, terkecuali
anggota suku Amphisbaenidae yang tak bersisik. Sisik-sisik itu dapat berukuran
amat halus, seperti halnya sisik-sisik yang menutupi tubuh cecak, atau pun
berukuran besar seperti yang dapat kita amati pada tempurung kura-kura.
Sisik-sisik itu berupa modifikasi lapisan kulit luar (epidermis) yang mengeras
oleh zat tanduk, dan terkadang dilengkapi dengan pelat-pelat tulang di lapisan
bawahnya, yang dikenal sebagai osteoderm (Isman, 2009).
Beberapa
bentuk sisik yang umum pada reptil adalah (Isman, 2009):
-
sikloid (cenderung
datar membundar)
-
granular
(berbingkul-bingkul), dan
-
berlunas
(memiliki gigir memanjang di tengahnya, seperti lunas perahu).
c.
Sistem
Integumen pada Aves
Sistem
integument pada aves terdiri dari bulu dan paruh yang mempunyai fungsi
tertentu.
-
Bulu
Bulu
adalah ciri khas kelas aves yang tidak dimiliki oleh vertebrata lain. Hampir
seluruh tubuh aves ditutupi oleh bulu, yang secara filogenetik berasal dari
epidermal tubuh, yang pada reptile serupa dengan sisik. Secara embriologis bulu
aves bermula dari papil dermal yang selanjutnya mencuat menutupi epidermis.
Dasar bulu itu melekuk ke dalam pada tepinya sehingga terbentuk folikulus yang
merupakan lubang bulu pada kulit. Selaput epidermis sebelah luar dari kuncup
bulu menanduk dan membentuk bungkus yang halus, sedang epidermis membentuk
lapisan penyusun rusuk bulu. Sentral kuncup bulu mempunyai bagian epidermis
yang lunak dan mengandung pembuluh darah sebagai pembawa zat-zat makanan dan
proses pengeringan pada perkembangan selanjutnya (Jasin, 1984).
Berdasarkan
susunan anatomis bulu dibagi menjadi empat jenis (Jasin, 1984) :
§ Filoplumae, Bulu-bulu kecil mirip rambut tersebar di seluruh tubuh.
Ujungnya bercabang-cabang pendek dan halus. Jika diamati dengan seksama akan
tampak terdiri dari shaft yang ramping dan beberapa barbulae di puncak.
§ Plumulae, Berbentuk berbentuk hampir sama dengan filoplumae dengan
perbedaan detail.
§ Plumae, Bulu yang sempurna Menutupi
pada daerah tertentu pada tubuh. Pada bagian sayap disebut remiges, pada ekor
disebut retises.
§ Barbulae, Ujung dan sisi bawah tiap barbulae memiliki filamen kecil
disebut
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
barbicels yang berfungsi membantu menahan barbula yang saling bersambungan.
d.
Sistem
Integumen pada Mamalia
-
Kulit
EPIDERMIS
§ Biasanya
terdiri atas tiga puluh lapis sel yang berfungsi menjadi lapisan tahan air.
§ Melindungi
tubuh dari masuknya benda asing dan mencegah evaporasi cairan berlebih.
§ Pada
lapisan ini pula terdapat sel melanosit yang menentukan warna kulit kita.
Terdiri atas :
Ø Stratum
korneum, merupakan lapisan zat tanduk, mati dan
selalu mengelupas. Stratum lusidium, merupakan lapisan zat tanduk Stratum
granulosum, mengandung pigmen Stratum germonativum, selalu membentuk
sel-sel baru ke arah luar.
DERMIS
§ Pada
lapisan dermis terdapat pembuluh darah, pembuluh limfe, folikel rambut,
kelenjar keringat, syaraf dan sel fibroblast.
§ Pada lapisan ini juga terdapat reseptor yang berfungsi
untuk merasakan sensasi raba dan nyeri.
HIPODERMIS
Ø Bagian terdalam dari
kulit.
Ø Tersusun atas jaringan adiposa.
Ø Terdiri dari banyak sel
lemak sehingga berfungsi sebagai bantalan terhadap cedera dan membantu dalam
mempertahankan panas tubuh.
e.
Mammalia
1.
Kelenjar Keringat
Kelenjar merupakan derivat sel epithel. Pada manusia,
kelenjar keringat tersebar di seluruh permukaan tubuh, sedangkan pada mamalia
lainnya penyebarannya lebih terbatas, misalnya di daerah telinga, bibir,
kepala, punggung, jari kaki, telapak kaki, sekitar anus, dan kelenjar susu.
Tipe :
-
merokrin (hanya mengeluarkan sekret) : ludah, pankreas,
mucus
-
holokrin (seluruh sel sbg sekret) : keringat, lamak
-
apokrin : sekret bag. Ujung/puncak (kel mamae)
2.
Kelenjar Susu
Kelenjar susu (glandula mammae) hanya dimiliki oleh
mammalia. Kelenjar ini merupakan modifikasi kelenjar keringat. Kelenjar susu
terbentu sepanjang garis susu, yang terentang dari ketiak sampai lipat paha.
Berdasarkan wilayah-wilayah di mana kelenjar susu tumbuh,
dapat dibedakan kelenjar susu aksila (ketiak), thorak (dada), abdominal
(perut), dan inguinal (lipat paha).
3.
Tanduk
Tanduk
(Bahan Tulang / Zat Tanduk) terdiri dari:
-
Tanduk Kosong (Lanjutan Dari Tl. Frontal, Tunggal)
: Kambing, Domba, Kerbau, Sapi
-
Prong Horn : Tanduk Kosong, Bercabang, Tiap
Tahun Berganti; Antilop
-
Cula : Rambut Menyatu, Tetap (Badak)
-
Rangga : Tanduk Tulang, Berganti (Rusa
Jantan)
-
Tanduk jerapah : tl frontal, permanen.
4. Cakar, Kuku, dan Telapok
v Cakar : Bag. Dorsal (Konveks): Unguis, Runcing; Bag Ventral
(Konkaf) : Sub-unguis
v Kuku : Lebar, Pipih; Sub-unguis Lebih Lunak, tersusun atas
Protein yang mengeras disebut keratin. Bagian-bagiannya yaitu matriks,
dinding, dasar, alur, akar, lempeng, lunula, eponikium, hiponikiu.
v Telapok : unguis perisai tanduk; kuneus (ventral sub-unguis
menanduk)
KESIMPULAN
Sistem Integumen adalah sistem organ yang membedakan,
memisahkan, melindungi dan menginformasikan makhluk hidup pada dengan
lingkungan sekitarnya. Sistem ini seringkali merupakan bagian sistem organ
terbesar yang mencakup kulit, rambut, bulu, sisik, tanduk, kelenjar keringat,
sisik tanduk dan sebagainya.
Sistem
Integumen secara langsung maupun tidak barfungsi sebagai:
1.
Proteksi
2. Penerima rangsang dari luar
(eksteroreseptor)
3. Pengaturan suhu
4. Mengatur kadar cairan
5. Untuk respirasi (pada Katak)
6. Alat gerak (kelalawar)
7. Nutrisi
8. Alat absobsi
DAFTAR
PUSTAKA
Dian, 2010. Pembahasan Sistem Integumen. Rahayuwahab@yahoo.com. Diakses
pada tanggal 17 September 2010.
Fakta Ilmiah, 2010. Sistem Integumen.
Isman, 2009. Sistem Integumen pada Reptil. www.http://wikipedia.com.
Diakses pada tanggal 17 September 2010.
isnanbio.blogspot.com/.../sistem-integumen-pada-mamalia-binatang.html
isnanbio.blogspot.com/.../sistem-integumen-pada-reptil.html
sinyalhp.com/info/my-blog-sistem-integumen-pada-ikan.html
Wibawa, 2008. Sistem Integumen.
Wikipedia, 2010.
Sistem Integumen pada Vertebrata. www.http://wikipedia.com.
Diakses pada tanggal 17 September 2010.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar